Merugilah jika bayi hanya
disuguhi sedikit ASI (air susu ibu). Apalagi bayi dengan berat badan rendah dan
tidak mendapat ASI, kelak mengalami gangguan pada jantung. Seperti dilansir dw.de, peneliti Amerika Serikat
(AS), menemukan, ada hubungan 'signifikan' antara berat badan saat lahir,
lamanya mendapat ASI dan kadar protein C-reaktif (CRP) pada tubuh yang
ditemukan pada 7000 peserta penelitian.
CRP adalah indikasi peradangan
pada sampel darah manusia usia remaja. Protein ini diproduksi hati dan kadarnya
meningkat jika seseorang menderita peradangan.
"Setiap tambahan sekitar
0,5 kilogram berat badan bayi saat lahir memprediksi kadar CRP lima persen
lebih rendah," demikian pernyataan Northwestern University, yang
melibatkan penelitinya dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of
the Royal Society B.
Begitu juga, "Bayi yang
memperoleh ASI selama tiga hingga 12 bulan, kadar CRPnya diprediksi 20 hingga
30 persen lebih rendah dibanding bayi yang tidak disusui."
Hasil studi menunjukkan, ASI
punya "efek sama atau lebih besar" dengan obat yang mampu mengurangi
kadar CRP.
Peradangan kronis telah lama
dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, tapi penyebabnya masih belum
diketahui secara jelas.Penelitian di AS ini dilakukan
terhadap peserta berusia 24 hingga 32 tahun dari berbagai kelompok ras dan
latar belakang pendidikan yang berbeda.Para ilmuwan juga membandingkan
peserta dengan hubungan darah dan pengaruh dari lingkungan ekonomi sosial.
"Hasilnya, ibu yang
menyusui bisa mengurangi resiko anaknya terkena penyakit jantung di usia
dewasa," ujar Alan Guttmacher, direktur Eunice Kennedy Shriver National
Institute of Child Health and Human Development.
Organisasi kesehatan dunia,
WHO, berulang kali menegaskan, bahwa pemberian ASI adalah "salah satu cara
paling efektif" untuk memastikan kesehatan dan kelangsungan hidup anak.
WHO menyarankan pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan, namun ini hanya dilakukan oleh kurang dari 40
persen ibu di seluruh dunia.
Sumber : tribunnews.com
0 komentar:
Posting Komentar