Ketika
bayi lahir, hal pertama yang paling ditunggu adalah tangisannya. Tangisan bayi
merupakan reaksi pertama sekaligus menandakan bahwa paru-paru bayi mulai
berfungsi. Selain itu, tangisan bayi baru lahir juga merupakan reaksi akibat
perubahan kondisi yang dulunya ketika bayi berada di dalam rahim, ia mendapat
oksigen dari ibu melalui plasenta dan terhubung dengan tali pusat. Bayi berada
dalam kondisi yang hangat akibat diselimuti selaput ketuban beserta cairannya.
Mengapa bayi perlu menangis saat dilahirkan??
Saat proses
persalinan selesai, bayi merasakan udara luar yang jauh berbeda
dari keadaan rahim ibu. Udara dingin dan cahaya yang sebelumnya tidak pernah ia
rasakan, juga setelah tali pusat terputus mau tak mau bayi harus mendapatkan
sendiri oksigen untuk bernapas. Menangis adalah cara yang bayi lakukan untuk
mendapatkan oksigen. Saat bayi lahir tidak menangis, memangisnya tidak
keras (tidak kuat) atau terlambat, hal ini menunjukkan adanya gangguan pada
paru-paru bayi yang tidak bisa berfungsi dengan baik. Hal ini turut memengaruhi
organ vital lain seperti otak, jantung, ginjal, pembuluh darah, dan organ
lainnya.
Karena
tangisan pertama bayi merupakan sesuatu yang WAJAR dan WAJIB, maka apabila hal
itu tidak terjadi, justru menjadi suatu pertanda adanya gawat bayi. Oleh karena
itu, petugas kesehatan harus segera mengambil tindakan cepat untuk mengatasi
masalah tersebut.
Penyebab
Penyebab
bayi lahir tidak menangis ada banyak. Bahkan, bayi yang saat pemeriksaan dalam
kondisi baik, bisa saja lahir tidak langsung menangis disebabkan oleh berbagai
hal tertentu. Berikut adalah penyebabnya :
1.
Sebelum Persalinan
Kondisi
ibu sebelum persalinan berpotensi menyebabkan bayi baru lahir tidak bernapas
dan tidak menangis. Kondisi tersebut diantaranya adalah:
Ibu
menderita penyakit Diabetes Mellitus – Ibu dengan DMG
(Diabetes semasa kehamilan) 40% akan melahirkan bayi Makrosomia (bayi besar)
merupakan salah satu yang resiko yang menyebabkan terjadinya trauma lahir,
fraktur, asfiksia pada bayi baru lahir, dan sindrom gawat napas (RDS).
Ibu
memiliki panggul sempit – Disproportio sefalo pelvik (panggul sempit) terjadi bila
ukuran tulang pelvic ibu tidak cukup dan bentuknya tidak tepat untuk
memungkinkan melintasnya kepala janin. Pada keadaan ini, dimana kepala belum
masuk pintu atas panggul maka pembukaan berlangsung lama dan besar kemungkinan air ketuban pecah sebelum waktunya
sehingga, kepala tidak dapat menekan serviks kecuali bayi sangat kuat
sehingga terjadi moulage hebat. Kondisi ini bisa menyebabkan adanya tekanan
pada janin atau posisi yang tidak normal sehingga membuat janin kesulitan
bernafas.
Terjadi
perdarahan antepartum (pendarahan semasa sebelum melahirkan) –
Perdarahan yang terjadi semasa sebelum melahirkan biasanya disebabkan oleh
adanya kelainan plasenta, kelainan insersi tali pusat atau pembuluh darah pada
selaputair ketuban dan plasenta yang terlepas
dari perlekatannya sebelum bayi lahir (solusio plasenta).
Infeksi
pada Ibu – mengalami anemia dan penyakit-penyakit infeksi yang
mengakibatkan janin dalam kandungan menderita Retardasi Pertumbuhan dalam Rahim
(IUGR)
Warna
air ketiban hijau – Bahaya bayi minum air ketuban hijau kental
atau bercampur mekonium mungkin bisa terjadi
Ibu
menderita Preeklamsia (keracunan kehamilan) – Hal ini ditandai
dengan peningkatan tekanan darah pembengkakan dan terjadinya proteinuria
(adanya protein di dalam urin). Keadaan ini berisiko menyebabkan sindrom gawat
napas pada janin, prematuritas, kematian janin intrauterin (IUGR) dan sepsis
(infeksi berat).
2.
Selama persalinan
Persalinan bayi
sungsang, persalinan lama, ibu dengan jalan lahir yang sempit,
membuat bayi mengalami kesulitan bernapas dan tidak menangis ketika dilahirkan.
Penekanan tali pusat oleh bagian tubuh bayi, bayi kembar, dan tumor di rahim juga dapat
mengganggu pernafasaan bayi. Asfiksia juga dapat terjadi jika plasenta atau
ari-ari lepas lebih terlebih dulu dan bayi terlilit tali pusat.
3.
Setelah persalinan
Asfiksia
neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen. Kondisi ini juga akan meningkatkan
karbondioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Setelah persalinan, asfiksia kemungkinan disebabkan oleh penyakit infeksi akut
atau kronis, keracunan obat bius, uremia dan toksomia gravidarum, anemia berat,
cacat bawaan atau trauma, serotinus (kehamilan kelebihan bulan), dan kekurangan gizi ibu hamil(malnutrisi) dalam kandungan.
Pada
dasarnya penyebab bayi lahir tidak menangis karena gangguan pada sistem
pernapasan (yang utama adalah paru-paru). Mengakibatkan terganggunya oksigen
dalam tubuh bayi. Hal ini akan memberikan dampak yang seperti lingkaran setan
bagi perkembangan bayi kelak, yakni :
1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada
penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga
terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun.
Keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat
terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak. Kondisi
ini juga diperparah jika bahaya bayi jatuh
terlentang sudah
terjadi.
2. Kejang
Pada
bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 sehingga, penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran karbondiokasida. Hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak
tersebut karena perfusi jaringan tak efektif. (Baca juga : bahaya bayi kuning yang
bisa menimbulkan kejang).
3. Anuria atau oliguria
Biasanya,
bayi baru lahir akan kencing pada 48 jam pertama setelah lahir. Dalam
keadaan normal, setelah lahir produksi urin bayi berkisar 1-3 ml/kg BB/jam.
Dikatakan oliguria (produksi urin sedikit)
pada bayi baru lahir apabila produksi urin <0,5-1 ml/kg BB/jam. Sedangkan anuria(ketidakmampuan untuk buang air
kecil) pada bayi baru lahir pada 24 jam pertama biasanya masih dianggap normal,
oleh karena sering bayi telah kencing pada saat setelah lahir.
Penanganan
Penanganan
bayi lahir tidak menangis dilakukan setelah bayi lahir dan dibersihkan.
Hendaklah bayi langsung ditutup dengan kain bersih dan kering seluruh
tubuh (kecuali telapan tangan, jika bayi memungkinkan dilakukan inisiasi menyusui dini). Lakukan
resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan ke dalam mulut
untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg.
Dapat juga dilakukan mouth to mouth respiration, heart massage(masase
jantung), atau menekan dan melepaskan dada bayi.
Tindakan
awal ini harus dilakukan secara sempurna untuk mempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin terjadi. Hal ini penting
karena bila bayi mengalami gangguan pernapasan, pasokan oksigen ke jaringan dan
organ tubuh lainnya dapat terganggu. Tindakan yang cepat dan tepat dari
petugas kesehatan berkontribusi besar dalam menentukan kondisi bayi.
Oleh
karena itu, pilihlah tempat persalinan yang memiliki fasilitas kesehatan
memadai, petugas kesehatan yang baik, dan rutin memeriksakan diri selama proses kehamilan berlangsung.